
Kau anggap cintaku yang tanpa mata
Bagai hujan yang jatuh ke pasir
Kau tinggalkanku terpaku menganga
Menanti hujan di kemarau penuh getir
Hatiku kau ikat dengan sehasta tali
Tak mampu ku berpikir
Apakah hatiku mampu berlari
Hingga hujan hadir dengan petir
Kulihat kenyataan
Hatiku kau tohok teriring
Bagai teriris dengan sembilu walau pelan
Hati terpaku dan mengering
Apa kau anggap
Aku adalah samudra cinta
Yang mampu melahap
Semua limbah kepalsuan cinta
Apa kau pikir
Aku pantas menggigit jari
Apa kau berkelakar
Luka di hati dapat terobati
Samudra cinta ini
Bisa saja mengering
Walau dalam hati
Masih mengenang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar